Bertempat di Lapangan Pesantren Makrifatul Ilmi, (8/10/2022) Keluarga Besar Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makrifatul Ilmi (STIT-MI) Bengkulu Selatan turut memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H bersama seluruh lembaga di bawah naungan Yayasan Makrifatul Ilmi (YMI).
Acara yang dihadiri ribuan santri dan mahasiswa ini, juga dihadiri sejumlah tokoh masyarakat, unsur FKPD dan Kemenag Bengkulu Selatan, Pengurus YMI, organisasi kepemudaan serta, majelis taklim serta sejumlah tamu dari kalangan pesantren di Bengkulu Selatan.
Ketua STIT-MI Drs. KH. Abdullah Munir, M.Pd. dalam sambutannya, mengajak seluruh jamaah agar menjadikan Nabi Muhammad sebagai suri tauladan dalam menjalani kehidupan.
“Rasulullah memiliki pribadi yang paripurna, sempurna dalam membangun hubungan dengan sesama maupun dengan Tuhannya, maka dalam momentum peringatan ini, tak hanya mentauladani Nabi Muhammad SAW, namun juga jadikan sebagai hikmah dan bahan instropeksi diri dalam menjalani kehidupan,” Ajak Kyai Munir, Ketua STIT MI yang juga pengasuh Pesantren Makrifatul Ilmi.
Acara yang dirangkai dengan gebyar shalawat ini, hingga akhir berjalan dengan sukses.*
Tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Dikutip dari buku ‘Pro dan Kontra Maulid Nabi’ karya AM Waskito, sejarah peringatan Maulid Nabi sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Berikut ini tiga teori asal usul perayaan Maulid Nabi.
Perayaan Maulid diadakan oleh kalangan Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir yang beraliran Syiah Ismailiyah (Rafidhah) pada tahun 362-567 hijriah. Perayaan Maulid Nabi dilakukan sebagai salah satu perayaan saja.
Maulid Nabi berasal dari kalangan ahlus sunnah oleh Gubernur Irbil di wilayah Irak, Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri. Dikisahkan, peringatan Maulid Nabi dirayakan dengan mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan seluruh rakyatnya, serta memberikan hidangan, hadiah, hingga sedekah kepada fakir-miskin.
Peringatan Maulid Nabi diadakan pertama kali oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi atau Muhammad Al Fatih dengan tujuan untuk meningkatkan semangat jihad kaum Muslimin, dalam rangka menghadapi Perang salib melawan kaum Salibis dari Eropa dan merebut Yarusalem.
Sementara itu, sejarah peringatan Maulid Nabi di Indonesia sendiri mulai berkembang di masa Wali Songo atau sekitar tahun 1404 masehi. Peringatan Maulid Nabi dilakukan demi menarik hati masyarakat memeluk agama Islam.
https://nusantaramails.com/
Oleh karenanya, Maulid Nabi juga dikenal dengan nama perayaan Syahadatin. Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga dikenal dengan Gerebeg Mulud karena tradisi masyarakat merayakan Maulid Nabi dengan cara menggelar upacara nasi gunungan.
(Official Website)