Bengkulu Selatan – Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan melalui redaksi STIT-MI Online melaporkan, kampus ini secara resmi menginisiasi program akademik berbasis komunitas bertajuk Campus English League (CEL).
Program tersebut dirancang sebagai instrumen strategis untuk meningkatkan kompetensi linguistik, keterampilan komunikatif, serta literasi akademik internasional mahasiswa.
Kegiatan rutin CEL dilaksanakan setiap Sabtu sore, melibatkan mahasiswa lintas program studi dalam atmosfer interaktif, kolaboratif, dan reflektif.
CEL diorientasikan tidak sekadar sebagai forum praktik bahasa, tetapi juga sebagai laboratorium akademik dalam pengembangan critical thinking, public speaking, dan academic writing berbahasa Inggris.
Fasilitator kegiatan Yeni Wulandari, M.Pd., merupakan dosen STIT Makrifatul Ilmi sekaligus kandidat pascasarjana di Harvard University, Amerika Serikat.
Kehadiran beliau dipandang sebagai academic leverage yang menghadirkan dimensi baru dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, mengingat pengalaman internasional dan kapasitas akademiknya yang mumpuni.
Dalam pengantarnya, Yeni Wulandari menekankan urgensi penguasaan bahasa Inggris sebagai prasyarat memasuki ekosistem global.
“Penguasaan bahasa Inggris bukan sekadar tuntutan kurikuler, tetapi juga merupakan prasyarat epistemologis untuk mengakses literatur akademik, berpartisipasi dalam diskursus global, serta meningkatkan daya saing profesional. Melalui CEL, mahasiswa STIT Makrifatul Ilmi diharapkan mampu menginternalisasi keterampilan berbahasa Inggris dalam konteks akademik maupun praksis pendidikan,” jelasnya.
Pentingnya penguasaan bahasa Inggris dalam konteks akademik juga diperkuat oleh hasil riset internasional. Menurut Phillipson (2009) dalam Linguistic Imperialism Continued, bahasa Inggris telah menjadi lingua franca global yang berfungsi sebagai medium utama dalam komunikasi ilmiah dan publikasi akademik.
Sementara itu, Crystal (2012) dalam English as a Global Language menegaskan bahwa literasi bahasa Inggris menjadi kunci partisipasi dalam jaringan pengetahuan global yang semakin terintegrasi.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hyland (2015) dalam Academic Publishing: Issues and Challenges in the Global Era, bahwa mahasiswa di negara berkembang yang memiliki kompetensi bahasa Inggris lebih baik akan memiliki akses yang lebih luas terhadap publikasi ilmiah, forum akademik, serta kesempatan kolaborasi internasional.
Terpisah, Ketua STIT Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan, Dr. H. Abdullah Munir, M.Pd., memberikan apresiasi atas lahirnya CEL sebagai program strategis kampus.
“Kami menyambut baik inisiasi CEL sebagai salah satu bentuk inovasi akademik. Di era globalisasi, penguasaan bahasa Inggris adalah keniscayaan. STIT Makrifatul Ilmi berkomitmen untuk memfasilitasi mahasiswa agar memiliki kompetensi internasional, tanpa meninggalkan jati diri sebagai sarjana tarbiyah yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. CEL diharapkan menjadi katalisator lahirnya generasi pendidik yang religius, kompetitif, dan berdaya saing global,” ungkapnya.
Mahasiswa peserta CEL menunjukkan antusiasme tinggi. Metodologi yang digunakan mengintegrasikan student-centered learning, experiential learning, serta pendekatan communicative competence, sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif namun tetap inklusif.
“Dengan tagline “Learn, Speak, Lead”, Campus English League (CEL) diharapkan mampu menjadi best practice pengembangan kapasitas akademik mahasiswa STIT Makrifatul Ilmi, sekaligus meneguhkan posisi kampus sebagai institusi pendidikan tinggi yang visioner, adaptif, dan berorientasi global,” demikian Abdullah Munir. (*)



